ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk PERIODE 2006-2010
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dalam memperoleh keuntungan pada periode 2006-2010 dan untuk mengetahui apakah jumlah modal berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Kemampuan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dalam memperoleh keuntungan pada tahun 2006-2010 cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadi kenaikan pada kelima rasio profitabilitas dan kenaikan laba bersih yang diperoleh. Berdasarkan pengolahan dengan software SPSS 17 disimpulkan bahwa jumlah modal terhadap laba bersih tidak berpengaruh.
Kata kunci : Pengaruh Jumlah Modal, Laba Bersih
PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utamanya adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mendapatkan laba tersebut hendaklah pihak manajemen perusahaan dituntut untuk lebih keras lagi guna mengambil langkah-langkah kedepan yang kiranya akan membawa kemajuan dan perkembangan perusahaan. Hal ini terkait pengoptimalisasian operasional suatu perusahaan, baik dalam menambah modal maupun dengan berinvestasi.
Pada saat melakukan kegiatan produksi seharusnya setiap perusahaan mempunyai modal yang cukup. Jumlah modal dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai dan lain sebagainya, di mana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan.
Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi jumlah modal. Manajemen modal yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola jumlah modal dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga adanya analisis atas jumlah modal perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi jumlah modal pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.
Pengelolaan jumlah modal merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat jumlah modal yang memuaskan, maka kemungkinan akan mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban jatuh tempo atau bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan.
TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan Bank
Bentuk informasi yang disajikan oleh bagian akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank yang dicapai selama periode tertentu. Oleh karena itu, laporan keuangan bank harus memenuhi syarat mutu, dan karakteristik kualitatif seperti yang disampaikan dalam pembahasan kerangka konseptual akuntansi perbankan. Dengan demikian pihak-pihak pengguna laporan keuangan dapat menggunakannya tanpa dihinggapi keraguan, sementara bagi manajemen bank, laporan keuangan yang telah disusun dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaaan akuntansi. Taswan (2008 , 39). SAK yang diterbitkan Ikatan Akuntansi Indonesia tentang komponen-komponen laporan keuangan adalah sebagai berikut: \
a. Neraca
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Menurut Simorangkir (2004, 154), Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank, besar kecilnya bank dan lokasi bank bukan merupakan faktor yang paling menentukan. Manajemen yang baik yang ditunjang oleh faktor modal dan lokasi merupakan kombinasi ideal untuk keberhasilan bank.
Dari segi manajemen paling sedikit ada tiga aspek yang penting untuk diperhatikan, yaitu balance sheet management, operating management, dan financial management. Balance sheet management meliputi asset dan liability management, artinya pengaturan harta dan utang secara bersama.
Inti asset management adalah mengalokasikan dana kepada berbagai jenis atau golongan earning assets yang berpedoman kepada ketentuan berikut ini, yaitu:
- Assets itu harus cukup likuid sehingga tidak akan merugikan bila sewaktu-waktu diperlukan untuk dicairkan
- Asset tersebut dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan pinjaman, tetapi juga masih memberikan earnings.
- Usaha me-maximize income dari investasi
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan PT. Bank Danamon Tbk yaitu Laporan Neraca dan laporan Laba Rugi selama lima tahun terakhir pada periode tahun 2006-2010 dan variabel yang digunakan adalah variabel bebas, yaitu modal sedangkan variabel terikat yaitu laba bersih. Penelitian menggunakan lima rasio profitabilitas yang digunakan oleh bank pada umumnya.
Alat Analisis Yang Digunakan
Dalam penelitian ini digunakan kombinasi analisis data, yaitu analisis data deskriptif dan analisis data kuantitatif. Analisis data deskriptif dengan menganalisis rasio bank dalam memperoleh keuntungan dengan alat bantu berupa tabel hasil olahan PM, AU, ROA, EM, ROE, serta membuat berbagai kesimpulan terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel. Variabel adalah suatu konsep yang beragam atau bervariasi. Ada dua variable yang akan diteliti, yaitu variabel bebas atau independen untuk jumlah modal dan variabel terikat atau dependen untuk laba bersih. Variabel bebas atau independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri. Sedangkan variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Kedua variabel tersebut akan diuji dengan teknik uji regresi linier sederhana. Dengan software SPSS Versi 17. Namun sebelum dilakukan uji regresi tersebut harus dilakukan uji normalitas yang terbagi dalam uji skewness dan kurtosis. Jika data yang dianalisis terdistribusi secara normal, maka dapat dilanjutkan dengan uji korelasi pearson.
Uji Normalitas Data
Syarat yang harus dipenuhi agar data terdistribusi secara normal antara lain:
- Rasio Skewness berada pada interval -2 sampai dengan +2
- Rasio kurtosis berada pada interval -2 sampai dengan +2
Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi maka data tersebut tidak terdistribusi normal.
Uji Korelasi Pearson
Syarat dalam melakukan uji ini adalah data harus terdistribusi normal, jika sudah terdistribusi normal maka dilakukan uji korelasi pearson. Menurut Elcom (2010, 135), Uji korelasi pearson digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kaitan antar gejala (dalam statistik disebut variabel), dapat menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi dengan analisis regresi memiliki keterkaitan. Jika suatu variabel mempunyai hubungan antarvariabel, variabel-variabel tersebut juga tidak dapat digunakan untuk memprediksikan keadaan suatu variabel, dan alat yang tepat untuk mempertimbangkan variabel-variabel tersebut ialah rata-rata hitung. Dengan kata lain, uji analisis regresi hanya dapat atau hanya perlu dilakukan bila telah diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antar variabel yang bersangkutan.
Menurut Priyatno (2010,22) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi dalam menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = Sangat lemah
0,20 – 0,399 = Lemah
0,40 – 0,599 = Sedang
0,60 – 0,799 = Kuat
0,80 – 1000 = Sangat kuat
Analisis Regresi Linier
Menurut Elcom (2010, 135), Uji analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat dipergunakan untuk memprediksi atau meramal variabel-variabel lain. Bila suatu variabel tidak bebas tergantung pada satu variabel bebas, maka hubungan antara kedua variabel disebut analisis regresi sederhana. Untuk melakukan uji analisis regresi linier, dapat dilakukan dengan syarat:
- Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara modal terhadap laba bersih atau tidak terdapat pengaruh antara modal terhadap laba bersih.
- Syarat pengambilan keputusan:
Signifikan (Sig) > 0,05 maka tidak ada pengaruh antara modal terhadap laba bersih. Signifikan (Sig) < 0,05 maka terdapat pengaruh antara modal terhadap laba bersih.
PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan rangkuman hasil penelitian yang terdiri dari tabel untuk analisis kelima indikator rasio profitabilitas.
Tabel 1
Perkembangan Kelima Indikator Rasio Profitabilitas
Periode 2006-2010
Keterangan
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
PM
|
19,6%
|
25,0%
|
14,8%
|
13,5%
|
21,3%
|
AU
|
8,2%
|
9,5%
|
9,6%
|
11,6%
|
11,5%
|
ROA
|
1,61%
|
2,36%
|
1,42%
|
1,55%
|
2,43%
|
EM
|
869,2%
|
825,3%
|
1013,9%
|
623,8%
|
640,7%
|
ROE
|
14,0%
|
19,5%
|
14,4%
|
9,7%
|
15,6%
|
Secara keseluruhan kemampuan PT Bank Danamon Indonesia Tbk dalam memperoleh keuntungan pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadi kenaikan rasio kelima indikator yaitu Profit Margin (PM), Asset Utilization (AU), Return On Asset (ROA), Equity Multiplier (EM), dan Return On Equity (ROE). Dalam periode lima tahun, Bank Danamon mengalami kenaikan pada kelima rasio tersebut. Walaupun ada penurunan yang dialami kelima rasio tersebut yaitu Profit Margin (PM) pada tahun 2008 dan 2009, Asset Utilization (AU) pada tahun 2009, Equity Multiplier pada tahun 2007 dan Return On Equity (ROE) pada tahun 2008 dan 2009, Return On Asset (ROA) pada tahun 2008. Namun selebihnya kelima rasio tersebut mengalami kenaikan.
Terjadinya kenaikan dan penurunan pada rasio-rasio tersebut dapat disebabkan karena adanya pengaruh antara ke lima rasio. Hubungan antara ROA dan ROE mereflesikan struktur permodalan perusahaan. Pihak kreditur dan pemegang saham menyediakan modal yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam memperoleh asset yang digunakan dalam bisnis. Rasio ROA dan ROE biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank.
ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Semakin tinggi return semakin baik karena berarti deviden yang dibagikan atau yang ditanamkan kembali juga semakin besar. Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset yang dimiliki.
Untuk mendapatkan ROE juga menghubungkan ROA dengan Equity Multiplier dengan rumus ROE = ROA x EM. EM bank membandingkan aset dengan modal sehingga merupakan ukuran financial average sekaligus menggambarkan ukuran laba dan resiko. EM juga menggambarkan ukuran resiko karena bisa menjadi penunjuk bagi manajemen bank mengenai seberapa besar kerugian yang timbul sebagai akibat kegagalan dalam pengelolaan assetnya. Singkatnya, EM yang tinggi akan meningkatkan ROE ketika laba bersih positif, sebaliknya juga mengindikasikan timbulnya capital risk.
Pengaruh Asset Utilization terhadap ROA memiliki hubungan yang positif. Semakin tinggi AU mengakibatkan ROA suatu bank juga semakin tinggi. Hal ini dikarenakan kualitas manajemen bank dalam memanfaatkan asset bank yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan, baik pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional lebih besar daripada pengalokasian asset bank yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional bank. Jika pendapatan bank tinggi maka laba bank juga akan tinggi sehingga ROA bank akan mengalami peningkatan.
Selain itu, besarnya ROA akan berubah kalau ada perubahan Profit Margin. Usaha mempertinggi ROA dengan memperbesar Profit Margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi disektor produksi, penjualan, dan administrasi. Semakin tinggi ROA maka akan semakin baik perusahaan tersebut. Jika Profit Margin meningkat, ROA juga akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika Progit Margin menurun, maka ROA juga akan menurun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Munawir (2010, 89) : "Besarnya ROA akan berubah jika ada perubahan Profit Margin." Berkaitan dengan hal itu maka perusahaan harus bisa menghasilkan Profit Margin yang tinggi agar tingkat pengembalian investasi tinggi.
Sehingga apabila perusahaan ingin meningkatkan ROA, maka perusahaan harus meningkatkan Profit Margin dan meningkatkan Assset Utilization.
Perhitungan Pengaruh Jumlah Modal Terhadap Tingkat Keuntungan
Dalam subbab ini akan dilakukan perhitungan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara jumlah modal terhadap laba bersih pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan menggunakan software SPSS 17. Sebelum melakukan perhitungan mengenai pengaruh jumlah modal terhadap laba bersih, langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas data untuk melihat apakah data PT Bank Danamon Indonesia Tbk normal atau tidak. Sehingga apabila hasil data yang di uji adalah normal maka dapat dilanjutkan ke uji Korelasi Pearson. Uji Korelasi Pearson adalah pengujian untuk mengetahui hubungan antara jumlah modal terhadap laba bersih PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Setelah itu, melakukan uji Regresi Linier Sederhana untuk mengetahui pengaruh jumlah modal terhadap laba bersih PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Dengan Hipotesis : Terdapat pengaruh antara jumlah modal terhadap laba bersih atau tidak ada pengaruh antara jumlah modal terhadap laba bersih. Berikut adalah hasil dari pengujian yang telah dilakukan:
Data hasil Uji Normalitas
Tabel 2
Hasil Rasio Skewness
Descriptive Statistics
| |||
N
|
Skewness
| ||
Statistic
|
Statistic
|
Std. Error
| |
laba
|
5
|
1.267
|
.913
|
modal
|
5
|
.777
|
.913
|
Valid N (listwise)
|
5
|
Sumber: Data diperoleh dengan SPSS
Rasio Skewness
Rasio Skewness (Modal) = 0.777 = 0,85 0.913 Rasio Skewness (Laba) = 1,267 = 1,387 0.913
Nilai rasio skewness pada modal dan laba bersih adalah 0,85 dan 1,387 karena kedua data tersebut berada pada interval -2 sampai dengan +2 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
Tabel 3
Hasil Rasio Kurtosis
Descriptive Statistics
| |||
N
|
Kurtosis
| ||
Statistic
|
Statistic
|
Std. Error
| |
Modal
|
5
|
.249
|
2.000
|
Laba
|
5
|
-.528
|
2.000
|
Valid N (listwise)
|
5
|
Sumber: Data diperoleh dengan SPSS
Rasio Kurtosis
Rasio Kurtosis (Modal) = 0,249 = 0,1245
2,000
Rasio Kurtosis (Laba) = - 0,528 = - 0,264 2,000
Nilai rasio kurtosis pada modal dan laba bersih adalah 0,1245 dan - 0,264 karena kedua data tersebut berada pada interval -2 sampai dengan +2 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
Data Hasil Uji Korelasi Pearson
Tabel 4
Hasil Uji Korelasi Pearson
Correlations
| |||
laba
|
modal
| ||
Pearson Correlation
|
Laba
|
1.000
|
.687
|
Modal
|
.687
|
1.000
| |
Sig. (1-tailed)
|
Laba
|
.
|
.100
|
Modal
|
.100
|
.
| |
N
|
Laba
|
5
|
5
|
Modal
|
5
|
5
|
Sumber: Data diperoleh dengan SPSS
Dari data diatas berdasarkan nilai pearson correlation dapat diketahui bahwa besarnya hubungan antara jumlah modal terhadap laba bersih sebesar 0,687. Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara modal dan laba bersih kuat. Maksudnya kuat adalah apabila jumlah modal mengalami kenaikan maka laba bersih akan naik sebesar kenaikan yang di alami jumlah modal. Lalu sama halnya apabila jumlah modal mengalami penurunan, maka laba bersih yang didapat juga turun sebesar penurunan pada jumlah modal. Setelah dilakukan Uji Korelasi dan hasilnya menunjukan bahwa antara jumlah modal dan laba bersih mempunyai hubungan, maka penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan analisis Regresi Linier Sederhana.
Analisis Regresi Linier Sederhana:
Tabel 5
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Model Summaryb
| |||||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Change Statistics
| ||||
R Square Change
|
F Change
|
df1
|
df2
|
Sig. F Change
| |||||
1
|
.687a
|
.472
|
.295
|
5.33184E5
|
.472
|
2.677
|
1
|
3
|
.200
|
a. Predictors: (Constant), modal
| |||||||||
b. Dependent Variable: laba
|
Sumber: Data diproses dengan SPSS
Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka R² (R Square) sebesar 0,472 atau sebesar 47,2% (dalam persentase). Sedangkan F. Sig Change 0,200. Dari hasil tersebut maka 0,200 lebih besar (>) dari 0,05 maka dapat diketahui bahwa Jumlah modal terhadap laba bersih tidak berpengaruh.
Rangkuman Hasil Penelitian Analisis Regresi Linier Sederhana dengan Menggunakan Aplikasi Software SPSS 17
Dalam Uji normal dapat diketahui bahwa data PT Bank Danamon adalah normal dimana hasil dari Uji normal Rasio Skewness untuk modal adalah 0,85 dan untuk laba adalah 1,387. Hasil tersebut berada pada interval -2 sampai dengan +2 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Lalu hasil dari Uji Normal Rasio Kurtosis untuk modal adalah -0,3855 dan untuk laba adalah 0,4095. Hasil tersebut berada pada interval -2 sampai dengan +2 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Karena data yang sudah di uji adalah normal maka melakukan pengujian selanjutnya yaitu Uji Korelasi Pearson. Penggunaan Uji Korelasi Pearson untuk mengetahui pengaruh jumlah modal terhadap tingkat keuntungan. Melalui Uji Korelasi Pearson disimpulkan bahwa modal memiliki hubungan yang signifikan terhadap laba bersih. Dengan demikian dapat dilanjutkan ke analisis Regresi Linier Sederhana. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Uji Regresi Linier Sederhana maka didapatkan angka R² (R Square) sebesar 0,472 atau sebesar 47,2% (dalam persentase). Sedangkan F. Sig Change 0,200. Dari hasil tersebut maka 0,200 lebih besar (>) dari 0,05 maka dapat diketahui bahwa Jumlah modal terhadap laba bersih tidak berpengaruh.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis terhadap laporan keuangan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Periode tahun 2006-2010 maka dapat disimpulkan:
1. Kemampuan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dalam memperoleh keuntungan atau laba bersih cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kelima inikator rasio profitabilitas yaitu rasio Profit Margin, Assets Utilization, Return On Assets, Equity Multiplier dan Return On Equity.
2. Berdasarkan analisis Regresi Linier Sederhana diketahui bahwa jumlah modal terhadap tingkat keuntungan tidak berpengaruh, karena hasil yang diperoleh dari Uji Regresi Linier Sederhana didapatkan F. Sig Change hanya sebesar 0,200. Dari hasil tersebut maka 0,200 lebih besar (>) dari 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Elcom. 2010. Belajar Kilat SPSS 17. Andi Publisher. Yogyakarta.
Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Munawir, 2010. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Munawir, 2010. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Priyatno, Dwi. 2008, Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Jakarta.
Simorangkir, O. P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank.Ghalia Indonesia. Bogor
Sutojo, Siswanto. 2007. Manajemen Terapan Bank. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan. UPP STIM YKPN Yogyakarta. Yogyakarta. www.danamon.co.id